Bismmilahirrahmannirrahim

Bismmilahirrahmannirrahim

Senin, 30 Agustus 2010

13.09.00

Saat Ibunda Telah Wafat

Ada beberapa wujud manefestasi cinta kasih kepada sang bunda, yang masih dapat kita lakukan saat sang bunda sudah terlebih dahulu meninggalkan dunia ini. Semua bentuk implementasi cinta kasih itu pada dasarnya
lebih bersifat tugas dan kewajiban kita. Dengan atau tanpa muatan cinta kasih, semua tugas itu harus kita pikul.
Namun adalah kenistaan, bila kita melaksanakan semuanya tanpa landasan cinta kepadanya. Berikut ini, penulis paparkan beberapa di antaranya:
Pertama: Melaksanakan perjanjian dan pesan sang bunda.
Diriwayatkan dari Syaried bin Suwaid Ats-Tsaqafi, bahwa ia menuturkan, “Wahai Rasulullah! Ibuku pernah
berpesan kepadaku untuk memerdekakan seorang budak wanita yang beriman. Aku memiliki seorang budah wanita berkulit hitam. Apakah aku harus memerdekakannya?” “Panggil dia.” Sabda Rasulullah saw. Saat wanita itu datang,
beliau bertanya, “Siapa Rabbmu?” Budak wanita itu menjawab, “Allah.” “Lalu, siapa aku?” Tanya Rasulullah saw lagi.
Wanita itu menjawab, “Engkau adalah Rasulullah saw.” Beliaupun bersabda, “Merdekakan dia. Karena dia adalah
wanita mukminah.”
Kedua: Mendoakan sang ibu, membacakah shalawat dan memohonkan ampunan baginya.
Ibnu Rabi’ah meriwayatkan: Saat kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw, tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan Bani Salamah bertanya,
“Wahai Rasulullah saw! Apakah masih tersisa bakti kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?”
Rasulullah saw menjawab,
“Ya. Bacakanlah shalat untuk mereka,
mohonkanlah ampunan untuk mereka, tunaikan perjanjian mereka, peliharalah silaturahim yang biasa dipelihara kala mereka masih hidup, juga, hormati teman-teman mereka.”
Abu Hurairah meriwayatkan:
Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di Surga kelak.
Si hamba itu akan bertanya,
“Ya Rabbi, bagaimana
aku bisa mendapatkan derajat sehebat ini?”
Allah berfirman, “Karena permohonan ampun dari anakmu.”
Salah satu dari tanda cinta kasih kita kepada ibu adalah munculnya pengharapan agar si ibu selalu hidup
berbahagia. Bila ia sudah meninggal dunia, kita juga senantiasa mendoakannya, membacakan shalat untuknya serta
memohonkan ampunan untuknya. Semua perbuatan tersebut bukanlah hal-hal yang remeh. Dan juga, amat jarang
anak yang mampu secara telaten melakukan semua kebajikan tersebut. Padahal, ditinjau dari segi kelayakan, dan
segi kesempatan serta kemampuan, sudah seyogyanya setiap anak berusaha melakukannya. Dari kwantitas, semua
amalan tersebut tidak membutuhkan banyak waktu. Sekadar perhatian dan kesadaran, yang memang sangat dituntut.
Bila seorang anak merasa sangat kurang berbakti kepada kedua orang tuanya, inilah kesempatan yang masih terbuka
lebar, untuk menutupi kekurangan tersebut, selama hayat masih dikandung badan.
Ketiga: Memelihara hubungan baik, dengan teman dan kerabat ibu.
Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa yang tetap ingin menjaga hubungan silaturahim dengan ayahnya yang sudah
wafat, hendaknya ia menjaga hubungan baik dengan teman-teman ayahnya yang masih hidup.”
Keempat: Melaksanakan beberapa ibadah untuk kebaikan sang ibu.
Saat bin Ubadah pernah bertanya,
“Ibuku sudah meninggal dunia. Sedekah apa yang terbaik, yang bisa kulakukan
untuknya?”
Rasulullah saw menjawab, “Air. Gali saja sumur. Lalu katakan: ‘pahala penggunaan sumur ini, untuk ibu
Saad.”
Jadi, tidak ada kata terlambat bagi kita sobat! Janganlah bersedih,
Demikianlah sekilas tentang hubungan dengan ibu yang menjadi salah satu dari kedua orang tua, sengaja dibatasi postingan ini hanya seputar ibu, agar lebih singkat. Mudah-mudahan bermanfaat.

Tafsir Al-Qurthubi XIV : 65.
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau berkomentar, “Hadits ini shahih.” Riwayat ini juga dinyatakan shahih, oleh Al-Albani.
Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani dalam Al-Awsath
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, dinyatakan shahih oleh Al-Albani
Dicuplik dari wa bil waalidain ihsaana oleh Abdullah bin Ali Al-Ju’aitsin – Select.Islamiy.com.
Diriwayatkan oleh Al-Hakim, dinyatakan shahih oleh Al-Albani.
Lihat Tafsir Al-Qur’aan Al-’Azhiem IV : 159.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah II : 1058, dari hadits Syaddad bin Aus.
Dicuplik dari makalah Birrul Waalidain oleh Abdurrahman Abdul Kariem Al-Ubaid – select.Islamy.com
Lihat Syarah Muslim oleh Imam An-Nawaawi I : 194.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari VI : 331, Muslim III : 1341, dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya XII : 36.
Lihat Fathul Baari V : 68.
Syarah Muslim XII : 11.
Lihat Subulus Salaam IV : 162.
Az-Zawaajir II : 73.
Lihat Fathul Baari I : 420.
Lihat Ihyaa ‘Ulumuddien oleh Imam Al-Ghazali. Buku ini mengandung berbagai pelajaran akhlak yang baik. Sayang, terlalu
banyak mengandung hadits-hadits lemah dan palsu, selain mengandung pengajaran tasawuf yang menyimpang dari pemahaman
yang benar. Para ulama banyak memperingatkan terhadap bahaya kitab ini. Namun mereka juga masih sering menukil beberapa
persoalan akhlak, dari buku ini. Untuk itu, kami juga memperingatkan agar menghindari membaca buku ini, kecuali bagi penuntu
ilmu yang mapan atau ulama yang sudah bisa memilah-milah yang baik dengan yang tidak.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (904, oleh Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (646) dan Ibnu Khuzaimah (1888)
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasaai.
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak IV : 155, dan beliau berkata, “Hadits ini shahih berdasarkan system
periwayatan Al-Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak mengeluarkan hadits tersebut. Adz-Dzahabi berkata, “Shahih.”
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaa-id X :
210.
Diriwayatkan oleh Abu Ya’la. Lihat penjelasannya dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah nomor 1342.dengan
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasaa-ie.

0 komentar

Posting Komentar (Old Form)

Entri Populer

hujan salju

Pengikut