Bismmilahirrahmannirrahim

Bismmilahirrahmannirrahim

Senin, 30 Agustus 2010

13.22.00

Mampu dan Tidak Mampu

Posted under Kisah Motivasi by indonesiaberprestasi

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk mengurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik–rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.
Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor, terdengar suara tek…tekk.. .tek…suara tukang
bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat, aku menghentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak-anak, siapa yang hendak memesan bakso.
“Mauuuuuuuuu. …”, secara serempak dan kompak anak-anak asuhku menjawab.
Selesai makan bakso, saya kemudian membayarnya.
Ada satu hal yang menggelitik pikiran selama ini. Ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan di laci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.
“Mang kalo boleh tahu, kenapa uang-uang itu Emang pisahkan ? Barangkali ada tujuan?”
“Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita–cita penyempurnaan iman “.
“Maksudnya?”, saya melanjutkan bertanya.
“Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :
1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari – hari Emang dan keluarga.
2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.
3. Uang yang masuk ke kencleng, karena Emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus
menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.
Hatiku sangat-sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si Emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki pikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu.
Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.
Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut :
“Iya memang bagus…,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya….”.
Ia menjawab,
” Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak
mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.
Definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untukmendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, “mampu”, maka Insya Allah dengan segala kekuasaan
dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita”.

Sumber kisah : milis

Begitulah kawan, sebuah cuplikan kisah yang semoga membuat kita merubah paradigm berpikir menyerah sebelum berperang. Sesungguhnya, mampu atau tidak mampu bergantung kepada mau. Kemauan untuk mengusahakan sesuatulah yang membuat cita-cita dan harapan menjadi kenyataan. Jadi teringat sebuah puisi pendek di buku Maryamah Karpov.

“Kuberi tahu satu rahasia padamu, Kawan..
Buah paling manis dari berani bermimpi adalah..
kejadian-kejadian menakjubkan dalam perjalanan menggapainya”

Tukang bakso pada cerita tersebut mempercayai dirinya sehingga ia berani bermimpi. Kekuatan percaya dan mimpi itu membuatnya mengusahakan sesuatu untuk mencapainya dan akhirnya dapatlah ia memanen buah manis dari perjuangannya.

0 komentar

Posting Komentar (Old Form)

Entri Populer

hujan salju

Pengikut