Bismmilahirrahmannirrahim

Bismmilahirrahmannirrahim

Senin, 08 November 2010

13.51.00

Mengutip katakata Hasan al Banna

Mengutip katakata Hasan al Banna: “Wahai kaum kami, sesungguhnya saya menyeru kepada kalian, bahwa AlQuran ada ditangan kanan saya dan sunnah di tangan kiri saya dan amal para salafussholih dari umat ini sebagai tauladan. Kami menyeru kepada kalian untuk kembali kepada Islam; ajaran dan hidayah Islam…

Islam adalah sistem kehidupan yang komprehensif, mencakup segala aspek kehidupan, dia merupakan negara dan bangsa, atau pemerintahan dan umat, dia merupakan akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan, dia merupakan tsaqofah dan qonun atau ilmu dan hukum, dia merupakan materi dan harta atau usaha dan kekayaan, dan dia merupakan jihad dan da’wah atau prajurit dan ideologi, sebagaimana dia merupakan akidah yang bersih dan ibadah yang benar satu sama lainnya”.

“Saya adalah seorang pelancong yang sedang mencari kebenaran, manusia yang mencari petunjuk ditengah kerumunan manusia, rakyat yang mengidamkan kemuliaan negaranya, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang sejahtera dibawah naungan Islam yang suci, saya seorang hamba yang mengenal tujuan hidup, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagiNya dan dengan demikian Aku diperintahkan dan Aku termasuk orang yang pertama muslim”. (AlAn’am : 162163). Inilah saya, lalu sipakah anda?”

“Serukanlah kepada kami karena sesungguhnya kami membawa suatu kebaikan, kumpulkanlah kepada kami manusia maka akan kami bacakan kepada mereka dzikir, kami akan menjadi dokter bagi yang sakit, akan diam penduduk dunia jika tidak mendengar semboyan kami; “Allah adalah tujuan kami, Rasul adalah pemimpin kami, AlQuran dustur kami, jihad adalah jalan hidup kami, mati di jalan Allah adalah citacita tertinggi kami…”

“Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui, bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwajiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya citacita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar. Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang mengharubiru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabikcabik umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan.

Mengutip perkataan Syaikh Bin Baz rahimahullaahu

“Zaman ini adalah zaman kelembutan, kesabaran dan hikmah, bukanlah zaman kekerasan (kebengisan). Mayoritas manusia saat ini dalam keadaan jahil (bodoh), lalai dan lebih mementingkan duniawiyah. Maka haruslah sabar dan lemah lembut sampai dakwah ini tersampaikan dan sampai mereka mengetahuinya. Kami mohon petunjuk kepada Alloh untuk semuanya.” (Majmu’ Fatawa Samahatul Imam Ibnu Bazz (Juz VIII, hal 376) dan (Juz X, hal. 91)

mengutip perkataan Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullaahu:

“Telah terjadi di zaman ini, sibuknya sebagian ahlus sunnah dengan sebagian lainnya dengan tajrih (saling mencela) dan tahdzir, dan implikasi dari hal ini menyebabkan terjadinya perpecahan, perselisihan dan saling mengisolir. Padahal sepantasnya bahkan seharusnya bagi mereka untuk saling mencintai dan berkasih sayang terhadap sesama mereka, dan menyatukan barisan mereka di dalam menghadapi ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu yang menyelisihi ahlus sunnah wal jama’ah. “Aku nasehatkan –kepada penuntut ilmu agar menyibukkan diri dengan perkara yang bermanfaat dari perkaraperkara yang tidak bermanfaat bagi mereka, sebagai pengejawantahan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam, “diantara kebaikan seorang muslim adalah meninggalkan halhal yang tidak berfaidah baginya.” Hadits hasan diriwayatkan oleh Turmudzi.” “Aku nasehatkan –kepada penuntut ilmu untuk bersikap pertengahan dan moderat, diantara sikap ghuluw (ekstrim) dan meremehkan, dan diantara sikap ifrath (berlebihlebihan) dan tafrith (menggampangkan). Sebagai pengejawantahan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam, “Jauhilah oleh kalian sikap ghuluw di dalam agama, karena sesungguhnya orangorang sebelum kalian binasa dikarenakan sikap ghuluw mereka di dalam agama.” Ini hadits shahih, dikeluarkan oleh anNasa’i dan selainnya.” “Dan aku nasehatkan supaya mereka berhatihati dari sikap zhalim, dikarenakan hadits Qudsi, “Wahai hambaKu, sesunguhnya Aku haramkan kezhaliman atas diriKu, maka aku jadikan pula haram atas diri kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi” diriwayatkan oleh Muslim, dan hadits Shallallahu ‘alaihi wa Salam, “takutlah kalian dari kezhaliman, karena sesungguhnya kezhaliman itu adalah kegelapan di hari kiamat” diriwayatkan oleh Muslim. Aku memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk menunjuki seluruh ummat kepada apa yang diridhaiNya, agar mereka mendalami agama Islam (tafaqquh fid din) dan menetapi kebenaran, serta agar mereka menyibukkan diri dengan perkara yang bermanfaat dan menjauhkan dari apaapa yang tidak bermanfaat. Sesungguhnya Ia berkuasa dan berkemampuan atasnya. Semoga Sholawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya dan para sahabatnya. (selesai kutipan)

0 komentar

Posting Komentar (Old Form)

Entri Populer

hujan salju

Pengikut